Rangkaian Milad Universitas Djuanda ke36 FISIPKOM UNIDA Adakan Pelatihan Mengutip dan Kelola Referensi


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Rangkaian Milad Universitas Djuanda ke36 FISIPKOM UNIDA Adakan Pelatihan Mengutip dan Kelola Referensi yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Menulis skripsi dan hasil penelitian merupakan kewajiban bagi
seluruh civitas akademik, terutama untuk mahasiswa yang ingin lulus dari
kampus. Namun, selain
memiliki proses penelitian dan menulis yang memerlukan proses, mahasiswa juga
harus bisa menulis sesuai kaidah, utamanya dalam mengutip berbagai sumber untuk
menguatkan hasil penelitian.

Untuk itu, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik dan Ilmu Komputer
(FISIPKOM) Universitas Djuanda (UNIDA)
mengadakan Pelatihan Mengutip dan Kelola Referensi pada Rabu (15/3/2023).

Dekan FISIPKOM UNIDA, Hj. Ginung Pratidina, Dra., M.Si menyampaikan bahwa menulis skripsi sesuai kaidah adalah
kewajiban bagi seluruh mahasiswa. Dan saat ini sudah banyak aplikasi pendukung
yang memudahkan.

“Plagiarisme itu tidak ditoleransi dalam dunia pendidikan
perguruan tinggi. Sebenarnya saya yakin kita semua tidak ada yang berniat
melakukan plagiarisme namun terkadang hilaf dalam menyertakan kutipan sehingga
ketika diuji text similarity nilainya
tinggi. Saya harap dalam pelatihan hari ini Mahasiswa FISIPKOM bisa mengutip
dengan benar. Dan saat ini sudah banyak aplikasi pendukung seperti Mendeley dan
Zotero untuk memudahkan penulis dalam mengutip dan menyusun daftar pustaka
sebagai sumber referensi,” ujarnya.

Hj. Ginung
Pratidina,
Dra., M.Si menambahkan,
kegiatan Pelatihan Mengutip dan Kelola Referensi ini merupakan salah satu kegiatan dari FISIPKOM
untuk memperingati Hari Milad ke-36 UNIDA yang
diperingati setiap tanggal 21 Maret.

Hadir sebagai pembicara, Kepala Lab Sains Komunikasi Robby
Firliandoko, S.I.Kom., M.Si menyampaikan
bahwa kutipan sangat penting untuk menyusun teori-teori dan memperkuat hasil
penelitian yang sudah dibahas.

“Setidaknya posisi kutipan itu ada tiga, ada di atas,
tengah dan bawah dengan gaya penulisan yang sesuai kaidah. Agar tidak terdetek
terlalu tinggi ketika diuji
kesamaan kata melalui aplikasi turnitin. Untuk itu sumber kutipan perlu
diparafrase dengan tidak keluar dari konteks sumber asalnya,” katanya.

Robby Firliandoko, S.I.Kom., M.Si juga menambahkan bahwa sumber kutipan yang
digunakan harus sumber utama yang berusia maksimal lima tahun terakhir.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Lab Administrasi Publik
Cecep Wahyudin, S.Sos., M.A.P menyampaikan
bahwa untuk mengelola sumber referensi bisa menggunakan Mendeley atau Zotero. Kedua aplikasi tersebut merupakan
alat bantu untuk membantu penulis dalam mengutip dan menyusun daftar pustaka.

“Mendeley bagaikan bank data yang berisi jurnal, buku dan
referensi untuk membantu penulis. Namun bank data itu pun harus sesuai jadi
harus disesuaikan dengan kaidah. Agar apa yang mereka tulis tidak sia-sia,
berbobot tanpa adanya plagiat atau minim teks yang sama atau text similarity,” jelasnya.

Salah satu peserta
pelatihan, Mahasiswa
Semester VI atas nama Tirtayasa yang mengikuti pelatihan menyampaikan sangat
merasakan manfaat yang sangat banyak dari pelatihan yang didakan oleh FISIPKOM. Mahasiswa yang berasal dari
Program Studi Administrasi Publik itu bercerita awalnya sudah mengetahui cara
mengutip dan menggunakan Mendeley, namun setelah ikut pelatihan menjadi semakin
tercerahkan.

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.

Melawan Algoritma Universitas Islam Indonesia


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Melawan Algoritma Universitas Islam Indonesia yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Algoritma dan keputusan kita

Dalam tulisan singkat ini, saya ingin mengajak pembaca untuk melakukan refleksi atas perkembangan mutakhir yang berlangsung dalam keseharian kita. Meski demikian, ketidaktahuan atau ketidakmampuan telah menjadikan kita menerima begitu saja tanpa pernah berusaha untuk membebaskan diri darinya.

Saya akan memulai dengan sebuah pertanyaan. Apakah kita sadar, banyak dari keputusan sehari-hari kita dipengaruhi oleh algoritma yang dikembangkan dalam berbagai aplikasi yang kita gunakan, termasuk media sosial?

Sebelum melanjutkan, mari kita pahami bersama apa itu algoritma? Algoritma adalah serangkaian langkah untuk menyelesaikan masalah. Kita menggunakan algoritma dalam banyak tindakan sehari-hari, mulai dari memasak mi instan sampai mengambil keputusan untuk kebaikan bangsa. Di sana ada urutan logis langkah-langkah yang harus diikuti.

Nah, aplikasi komputer pun menggunakan algoritma yang mengolah data menjadi informasi, yang diwujudkan dalam bentuk kode atau program yang dipahami oleh mesin.

Keputusan kita yang dipengaruhi algoritma yang tertanam dalam aplikasi, termasuk media sosial, dapat mewujud dalam beragam bentuk, mulai dari keputusan terkait berita yang kita baca, teman yang kita kontak, mobilitas fisik yang kita lakukan, dan bahkan barang atau layanan yang kita gunakan atau beli.

Tentu, hal itu tidak selalu berarti buruk, tetapi ketidaksadaran akan hal ini bisa menjadikan kita dikendalikan oleh algoritma yang tidak semuanya kita tahu arahnya.

Algoritma rekomendasi dan beberapa ilustrasi

Mari kita ambil beberapa ilustrasi. Apakah kita pernah mencari sebuah produk di media sosial? Katakanlah kita sedang mencari sepeda elektrik. Meskipun kita tidak jadi membeli, jangan heran, jika dalam beberapa hari selanjutnya, iklan sepeda elektrik akan sering muncul di layar kita.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Aplikasi merekam setiap aktivitas kita dan karenanya mengetahui preferensi atau profil kita. Iklan produk yang sesuai dengan profil kita akan sering tampil di layar kita. Inilah algoritma rekomendasi melalui gelembung tapis (filter bubble) yang memilihkan informasi untuk kita.

Apa masalahnya? Keputusan yang kita buat tidak selalu rasional. Banyak di antaranya yang bersifat impulsif alias tergantung dari stimulus eksternal.

Hal ini mirip dengan kejadian ketika kita pergi ke sebuah pusat pembelajaran untuk mencari produk A. Tetapi, ketika ada paparan informasi produk lain yang memberikan banyak diskon, kita tergoda untuk membeli. Paparan yang berulang terhadap informasi tertentu akan mengubah persepsi kita dan akhir dapat mengarahkan perilaku kita.

Hal serupa juga terjadi ketika kita memberi sebuah produk di toko daring. Sebagai contoh, ketika membeli sebuah buku dengan judul tertentu, berdasar algoritma tertentu, toko daring memberi informasi, jika buku dengan judul lain biasanya juga dibeli oleh pembeli buku dengan judul yang kita pilih. Toko menawarkan produk dalam bentuk paket atau bundel. Sialnya, tawaran tersebut seringkali sayang untuk dilewatkan jika dibarengi dengan diskon menarik. Lagi-lagi, perilaku kita diarahkan oleh algoritma.

Selama beberapa waktu kemudian, setelah pembelian buku tersebut, jangan kaget jika kita juga akan mendapatkan penawaran buku lain melalui email yang terkirim secara otomatis. Sekali lagi, kita digoda oleh algoritma.

Sekarang, kita ganti buku dengan barang-barang keseharian lain, seperti pakaian dan produk gaya hidup lain. Bisa jadi, sebagian dari kita menganggap ini masalah lumrah saja, yang ujungnya terburuknya adalah perilaku konsumtif. Tapi ingat, perilaku konsumtif (bukan konsumerisme) dapat mengalihkan prioritas pengeluaran kepada pos yang tidak penting, dan mengabaikan yang lebih penting. Tapi, terlepas dari itu, bahwa perilaku kita sangat mungkin diarahkan oleh algoritma tetap valid.

Kamar gema dan manipulasi opini

Saya ingin mengajak membawa pelajaran ini ke konteks lain, dikaitkan dengan keterpaparan informasi yang sudah disaring oleh algoritma rekomendasi.

Perilaku daring dalam memilih konten yang kita akses dan baca akan direkam oleh aplikasi. Ketika kita sering membaca berita baik tentang tokoh B misalnya, jangan kaget jika melalui algoritma rekomendasi kita akan ditawari banyak berita baik tentang tokoh tersebut. Paparan kita terhadap berita baik tokoh lain, akibatnya, menjadi sangat terbatas.

Ketika kita mencintai seorang tokoh, maka akan sangat muncil rasa cinta kita akan semakin tinggi. Di sisi lain, ketika kita membenci tokoh pesaingnya, maka rasa benci itu akan menggunung. Semuanya karena informasi yang sudah tersaring.

Pun demikian yang terjadi di berbagai grup media sosial. Grup tersebut seakan mengikuti algoritma natural dan hanya orang-orang yang cenderung menggunakan perspektif yang saya berkumpul. Yang tidak, biasanya tidak diundang ke dalam grup atau bahkan dikeluarkan dari grup atau diputus pertemanannya.

Akibatnya dapat ditebak. Informasi yang mendukung perspektif grup tersebut akan semakin banyak dibagikan.

Akhirnya, sebuah kamar gema (echo chamber) terbentuk. Kita hanya mendengar “suara kita” sendiri, atau suara yang sama dengan suara kita.

Kita pun akhirnya terjebak pada bias konfirmasi yang menjadikan kita hanya percaya dengan informasi yang sesuai dengan yang kita yakini sebelumnya, dan cenderung tidak percaya dengan informasi dengan perspektif lain, meskipun informasi tersebut valid (Greenhill & Oppenheim, 2017; Davies, 2018).

Algoritma inilah yang berandil dalam membuat keterbelahan di tengah bangsa, ketika ada kontestasi politik, seperti pemilihan kepada daerah atau bahkan presiden. Sialnya, kita tidak sadar bahwa persepsi kita terhadap sebuah kejadian atau seorang tokoh dapat digiring oleh algoritma.

Ketidaksadaran inilah yang akhirnya memperdalam jurang keterpecahan antarkelompok anak bangsa. Yang semakin mengkhawatirkan adalah bahwa sentimen antarkelompok ini terus dilanggengkan dan bahkan semakin mengkristal dari waktu ke waktu.

Algoritma ini pun tak jarang justru dimanfaatkan untuk menggiring opini khalayak, termasuk dengan melibatkan pasukan siber. Pasukan ini ditugaskan untuk mengamplifikasi pesan yang beredar secara masif dan mendominasi ruang digital. Di sinilah penggiringan opini terjadi.

Studi yang dilakukan oleh tim dari Universitas Oxford (Bradshaw, Bailey, & Howard, 2021), menemukan bahwa pada 2020, aktivitas pasukan siber telah berlangsung di 70 negara. Pasukan siber tidak hanya melibatkan pengguna manusia, tetapi juga akun terautomatisasi atau robot politik (political bots) untuk mengamplifikasi pesan dengan cepat. Penggunaan akun terautomatisasi untuk manipulasi opini publik ditemukan di 57 negara, termasuk Indonesia (Bradshaw, Bailey, & Howard, 2021).

Profil dan penggiringan perilaku

Selain algoritma yang memfasilitasi amplifikasi informasi untuk memanipulasi opini publik, pengendalian perilaku kita juga dapat disebatkan oleh pemanfataan profil kita.

Karakteristik personal dan rekaman aktivitas daring, termasuk hubungan yang kita jalin dan percakapan yang kita lakukan, bisa dijadikan untuk menentukan profil kita, yang akan berasosiasi dengan preferensi kita atas banyak hal, termasuk pilihan produk dan politik (Kietzmann et al., 2012).

Kita bisa ambil contoh dari Amerika Serikat (AS). Pada pemilu 2016, ditemukan adanya keterlibatan perusahaan Cambridge Analytica yang membantu kampanye seorang calon presiden, dengan menambang data dari Facebook. Data dari sebanyak 200.000 pengguna Facebook digunakan untuk membuat profil psikologis rinci terhadap 87 juta pengguna (Heawood, 2018).

Data ini kemudian digunakan untuk microtargeting kampanye. Terdapat beragam bahaya praktik ini, termasuk di dalamnya adalah potensi untuk mengeksploitasi data personal, menutup karakteristik informasi yang sebetulnya iklan politik, informasi yang diterima secara privat tidak mudah dikoreksi, informasi yang diterima secara privat mungkin tidak benar, dan memungkinkan partai politik membuat janji politik yang berbeda-beda tergantung profil personal (Heawood, 2018).

Penyalahgunaan data ini diungkap oleh mantan pegawai Cambridge Analytica dalam sebuah wawancara. Skandal ini melibatkan Facebook. Facebook melalui CEO Mark Zukernberg meminta maaf ketika dimintai keterangan oleh Kongres AS. Pada Juli 2019, Facebook didenda USD5 miliar karena pelanggaran privasi (Wong, 2019).

Apakah penggiringan perilaku seperti ini terjadi di Indonesia? Meskipun tidak suka, praktik seperti ini juga ditemukan di Indonesia dalam beberapa kasus (lihat misalnya Sastramidjaja & Wijayanto, 2022).

Tawaran perlawanan

Apa yang mungkin kita lakukan untuk melawan manipulasi opini dan penggiringan perilaku oleh algoritma dari banyak aplikasi yang kita gunakan? Kita bisa ungkap beberapa inisiatif.

Pertama, kita harus menyadari bahwa setiap aplikasi menggunakan algoritma tertentu yang tidak semuanya kita ketahui arahnya. Ada nilai atau kepentingan yang ditanamkan di dalamnya. Kesadaran ini akan menjadikan kita selalu terjaga dan menjauhkan kita dari bersikap seperti anak kecil yang polos.

Karenanya, setiap klik yang kita lakukan, seharusnya didahului dengan refleksi dan pilihan sadar akan dampaknya. Jangan terlalu mudah mengklik atau membagikan informasi yang tidak jelas validitas dan manfaatnya.

Kedua, kita perlu melatih diri menjadi pemikir mandiri yang tidak mudah diobang-ambingkan oleh narasi publik, termasuk informasi yang direkomendasikan oleh beragam aplikasi.

Tentu, menjaga independensi seperti ini tidak selalu mudah. Dalam konteks ini, tingkat asupan individu terhadap informasi benar yang beragam dan pendidikan yang baik, akan mempermudah seseorang menjadi pemikir mandiri.

Mengapa ini penting? Studi menemukan bahwa banyak keputusan kita yang tidak didasarkan pada rasionalitas individu, tetapi dipengaruhi oleh narasi kelompok (Sloman & Fernbach, 2017).

Ketiga, secara kolektif, kita harus melantangkan konten yang baik dan informasi yang benar. Penyebaran informasi salah atau hoaks, tidak sebenuhnya bisa kita kendalikan.

Karenanya, pelantangkan konten baik dan informasi yang benar ini akan melawannya di ruang publik. Ada koreksi yang dilakukan secara kolektif, sehingga diharapkan persepsi publik bisa dikembalikan ke arah yang benar. Koreksi kolektif ini juga memanfaatkan algoritma rekomendasi yang menjadikan pesan menjadi dominan.

Meski demikian, kita perlu menyadari bahwa koreksi informasi salah yang beredar tidak serta merta bisa mengoreksi informasi yang salah (Nyhan and Reifler, 2010; Flynn et al., 2017). Informasi pengoreksi pun tidak dapat menjangkau semua orang yang sudah terpapar informasi yang salah tersebut. Lebih jauh lagi, informasi salah yang sering terbaca, apalagi jika berasal dari sumber yang dianggap kredibel, lebih mudah dipercaya dibandingkan dengan informasi benar yang jarang menyapa (Swire et al., 2017).

Epilog

Bahwa algoritma yang tertanam dalam beragam aplikasi, termasuk media sosial, telah mengarahkan perilaku kita adalah fakta. Namun kita secara kolektif dapat membuat “perlawanan” supaya menjadikan setiap pilihan dan keputusan dalam hidup kita semakin didasarkan pada refleksi yang cukup dan argumentasi yang rasional.

Tanpa perlawanan, hidup kita akan digiring oleh algoritma. Jangan lupa, algoritma juga buatan manusia. Manusia jenis ini tak jarang ingin melakukan eksploitasi atas manusia yang lain, baik secara finansial maupun politik. Inilah yang oleh Zuboff (2019), seorang profesor dari Universitas Harvard, disebut sebagai kapitalisme pengawasan (surveillance capitalism). Karenanya, semboyan kuasai data untuk menguasai dunia valid adanya, dan akan sangat berbahaya jika tidak dibarengi dengan nilai-nilai yang memuliakan manusia.

Saya berharap tulisan singkat ini bermanfaat dalam memantik kesadaran kolektif kita akan bahaya “menyerahkan hidup” kepada algoritma.

Referensi

Bradshaw, S., Bailey, H. & Howard, P. N. (2021) Industrialized disinformation: 2020 global inventory of organised social media manipulation. Working Paper 2021.1. Oxford, UK: Project on Computational Propaganda.

Davies, W. (2018). Nervous states: Democracy and the decline of reason. New York: WW Norton & Company.

Flynn, D. J., Nyhan, B., & Reifler, J. (2017). The nature and origins of misperceptions: Understanding false and unsupported beliefs about politics. Political Psychology38, 127-150.

Greenhill, K. M., & Oppenheim, B. (2017). Rumor has it: The adoption of unverified information in conflict zones. International Studies Quarterly, 61(3), 660-676.

Heawood, J. (2018). Pseudo-public political speech: Democratic implications of the Cambridge Analytica scandal. Information Polity, 23(4), 429-434.

Kietzmann, J. H., Silvestre, B. S., McCarthy, I. P., & Pitt, L. F. (2012). Unpacking the social media phenomenon: towards a research agenda. Journal of Public Affairs12(2), 109-119.

Nyhan, B., & Reifler, J. (2010). When corrections fail: The persistence of political misperceptions. Political Behavior, 32(2), 303–330.

Sastramidjaja, Y., & Wijayanto (2022). Cyber troops, online manipulation of public opinion and co-optation of Indonesia’s cybersphere. Singapura: ISEAS – Yusof Ishak Institute.

Sloman, S., & Fernbach, P. (2017). The knowledge illusion: Why we never think alone. Penguin.

Swire, B., Berinsky, A. J., Lewandowsky, S., & Ecker, U. K. H. (2017). Processing political misinformation: comprehending the Trump phenomenon. Royal Society Open Science, 4(3), 160802.

Wong, J. C (2019). Facebook to be fined $5bn for Cambridge Analytica privacy violations – reports. The Guardian, 12 Juli. Tersedia daring: https://www.theguardian.com/technology/2019/jul/12/facebook-fine-ftc-privacy-violations

Zuboff, S. (2019). The age of surveillance capitalism: The fight for a human future at the new frontier of power. London: Profile Books.

Rangkuman orasi ilmiah dalam acara Wisuda ke-14 dan peringatan Dies Natalis ke-23, Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena, 3 Oktober 2022.

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.

3 Mahasiswa Universitas Pertamina Juarai Ajang PETRAM Case Solution 2022


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul 3 Mahasiswa Universitas Pertamina Juarai Ajang PETRAM Case Solution 2022 yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Tiga mahasiswa Universitas Pertamina juara pertama di Ajang PETRAM Case Solution 2022. Foto/Dok/Uper

JAKARTA – Tiga Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina (UPER) Tania Farah Hasna, Ivory Hanif Hermawan dan Rakai Aji Bramasta, menyabet Juara Pertama di Ajang PETRAM Case Solution.

“Dalam kompetisi ini, seluruh peserta ditantang untuk menghitung cadangan minyak dari dua studi kasus dan lapangan yang berbeda. Kami dibebaskan untuk memilih metode yang digunakan untuk perhitungan. Luaran dari hasil analisa dan penghitungan ini berupa paper yang kemudian kami presentasikan kepada panitia,” jelas Tania dalam keterangannya, Minggu (28/8/2022).

Anggota tim lainnya, Rakai Aji menambahkan, mereka memilih metode volumetrik dan metode material balance untuk menghitung jumlah cadangan minyak dalam studi kasus tersebut. Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis karakteristik geologi di wilayah tersebut, seperti sifat batuan dan ketebalan reservoir.

“Metode volumetrik umumnya digunakan di wilayah yang belum memiliki data lengkap. Sedangkan metode material balance dapat digunakan untuk mengembangkan perhitungan yang sebelumnya sudah dilakukan,” tutur mahasiswa yang aktif di organisasi The Society of Petrophysicists and Well Log Analysts (SPWLA) tersebut.

SPWLA merupakan organisasi kenamaan dunia yang berfokus pada pengembangan mutu pendidikan di bidang minyak dan gas bumi serta mineral lainnya.

Melalui kedua metode tersebut, lanjut Ivory, ketua tim, nantinya akan diketahui data-data untuk menunjang analisa eksplorasi.

“Misalnya banyaknya gas yang terdapat di dalam reservoir, faktor perolehan hidrokarbon, dan perkirakan perolehan akhir hidrokarbon. Selain itu, peneliti juga bisa mengetahui kelayakan eksploitasi di suatu lapangan minyak,” ujar mahasiswa yang menyelesaikan Tugas Akhir (TA) di Pertamina Hulu Rokan tersebut.

Raka Sudira Wardana, M.T., Ketua Program Studi Teknik Perminyakan UPER sekaligus pakar teknik pengeboran UPER, mengapresiasi capaian ketiga mahasiswa tersebut.

“Dengan terlatih mengaplikasikan pembelajaran di Mata Kuliah melalui Project Based Learning semacam ini, lulusan Teknik Perminyakan UPER akan menjadi SDM terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri energi,” terangnya.

Disebutkan dalam Global Oil and Gas Training and Development Survey yang digagas oleh Society of Petroleum Engineers (SPE) dan British Petroleum (BP), diketahui bahwa soft skill bagi para pekerja di bidang migas, sama pentingnya dengan hard skill.

Dalam survey, dikatakan bahwa 69 persen responden memilih kemampuan untuk belajar sebagai kemampuan yang harus dimiliki seorang pekerja di industri migas, disusul dengan team work sebesar 61 persen, dan komunikasi di angka 60 persen.

“Ketiga kemampuan tersebut, bisa didapatkan oleh mahasiswa salah satunya melalui keikutsertan di berbagai ajang kejuaraan. Bisa juga diperoleh melalui keaktifan dalam kegiatan di luar perkuliahan, dengan bergabung di organisasi atau forum,” ungkap Raka.

Bagi siswa/siswi yang tertarik di bidang hulu migas dan ingin menjadi ahli di bidang migas, dapat bergabung di Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina (UPER).

Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut sedang membuka pendaftaran untuk Seleksi Nilai Rapor (Non Tes), Ujian Masuk Online, dan Seleksi Nilai UTBK (Non Tes), untuk Tahun Akademik 2022/2023.

Universitas Pertamina juga menyediakan beasiswa dengan nilai total mencapai Rp24 Miliar. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://pmb.universitaspertamina.ac.id

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.