Benarkah China Jebak Negara Miskin dengan Lilitan Utang


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Benarkah China Jebak Negara Miskin dengan Lilitan Utang yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta, CNBC Indonesia – China dikenal sebagai negara yang kerap memberikan utang terhadap negara lain melalui skema Belt and Road Initiative (BRI). Dana yang diberikan Negeri Tirai Bambu biasanya digunakan untuk proyek pembangunan infrastruktur.

Namun bagi sebagian negara, utang yang diberikan malah menjadi “petaka”. Beberapa negara di dunia dilaporkan justru terjebak utang tersebut karena tak mampu membayarnya.

Bahkan, tidak sedikit proyek pembangunan infrastruktur yang dijalankan dengan utang dari China berakhir mangkrak. Kenya, Uganda, hingga Sri Lanka menjadi negara-negara yang kena jebakan utang Beijing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mengutip Times of India, pemerintah Sri Lanka dilaporkan berutang kepada Beijing untuk sejumlah infrastruktur proyek sejak 2005, salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota. Total utang Sri Lanka ke China saat ini mencapai US$ 8 miliar, sekitar seperenam dari total utang luar negerinya.

Namun sayangnya, sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. China juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai US$ 3,5 miliar.

Tak hanya itu, mengutip BBC, pemerintah Sri Lanka pada awal tahun ini gagal melobi Beijing untuk restrukturisasi utang. Akibatnya, Sri Lanka kini dilanda krisis. Ini menjalar dari ekonomi ke politik. Negeri Ceylon itu mengalami kemelut terparah sejak merdeka di 1948, membuat ribuan warga bahkan turun ke jalan meminta pemerintah sekarang mundur.

Negara lain yang juga disebut tengah bergulat dengan utang China adalah Uganda.

Negara ini dilaporkan tengah berusaha mengubah perjanjian pinjamannya dengan China. Ini untuk memastikan sejumlah aset tidak hilang karena default (gagal bayar), antara lain bandara internasional Entebbe.

Menurut laporan Gulf News yang melansir Bloomberg, perjanjian itu dibuat tahun 2015. Negara itu meminjam US$ 200 juta dari Bank Export-Import (EXIM) China untuk memperluas bandara Entebbe.

Klausul yang ingin diubah, antara lain perlunya Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari pemberi pinjaman China untuk anggaran dan rencana strategisnya. Aturan lain mengamanatkan bahwa setiap perselisihan antara para pihak harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China.

Hal sama juga dimuat Economic Times. Mengutip sejumlah media lokal, Presiden Uganda Yoweri Museveni dilaporkan telah mengirimkan delegasi ke Beijing guna bernegosiasi dengan pemerintah China.

Uganda sudah mencoba bernegosiasi sejak Maret 2021. Namun, sejauh ini belum berhasil. Pinjaman itu sendiri memiliki tenor 20 tahun, termasuk masa tenggang tujuh tahun.

“Tetapi sekarang tampaknya transaksi yang ditandatangani dengan EXIM China berarti Uganda ‘menyerahkan’ satu-satunya bandara internasionalnya,” tulis media India tersebut mengutip Sahara Reporters, portal berita yang berfokus pada Afrika.

“Pengungkapan bahwa pemerintah Uganda menandatangani perjanjian, antara lain, melepaskan kekebalan untuk aset kedaulatannya telah menimbulkan pertanyaan tentang tingkat pengawasan dan uji tuntas yang dilakukan birokrat sebelum melakukan perjanjian secara internasional,” tulis laporan lain dari Allafrica.

Bandara Internasional Entebbe adalah satu-satunya bandara internasional Uganda. Bandara itu menangani lebih dari 1,9 juta penumpang per tahun.

Sementara itu, juru bicara regulator penerbangan Uganda dan Direktur Jenderal China untuk Urusan Afrika, dalam tweet terpisah, membantah hal ini. Pinjaman diberikan terkait proyek pendanaan yang digagas Xi Jinping, Belt and Road Initiative.

Kenya juga diyakini akan gagal membayar utang ke China. Hal itu terkait pembangunan proyek kereta api (Standard Gauge Railway/SGR) di negara Afrika tersebut, antara Mombasa dan Nairobi.

Kenya awalnya meminjam US$ 3,6 miliar dari Bank EXIM China, guna membangun rute dari Mombasa ke Nairobi. Pemerintah lalu meminjam lagi US$ 1,5 miliar untuk memperpanjangnya ke Naivasha, sebuah kota di Central Rift Valley.

Peringatan ini sendiri dikeluarkan auditor jenderal Kenya beberapa tahun lalu. Warning juga muncul di tengah krisis Sri Lanka yang membuat negeri itu tak bisa membayar utang ke China.

Jika Kenya tak bisa membayar utang, pelabuhan Mombasa, aset paling berharga di negeri itu diyakini akan diambil alih Beijing. Meski begitu, pemerintah Kenya dan China menyangkal hal tersebut karena Mombasa disebut bukan jaminan pinjaman itu.

[Gambas:Video CNBC]

Alamak! Bayar Utang Asing, Negara Ini Terancam Kelaparan

(Intan Rakhmayanti Dewi/dem)


Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.