Ngeri Efek Perang Ukraina RI Susah Impor Makanan


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Ngeri Efek Perang Ukraina RI Susah Impor Makanan yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta, CNBC Indonesia – Efek domino perang Rusia-Ukraina semakin nyata ke Indonesia. Keterbatasan pasokan akibat gangguan cuaca diperparah mandeknya suplai dari Ukraina yang juga salah satu pemasok utama gandum dunia.

Sementara konsumsi diprediksi tetap tumbuh, baik untuk pangan maupun pakan.

Akibatnya, terjadi persaingan ketat memperebutkan pasokan di pasar. Hal itu diakui Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Harry, saat ini pihaknya tengah kesulitan mendapatkan pasokan gandum untuk pakan. Padahal, BUMN pangan itu berencana mengimpor setidaknya 60 ribu ton gandum per bulan untuk April hingga Juni 2022.

“Iya, sudah terbatas dan mahal sekarang. Naiknya banyak, 21-35% (harga gandum pakan). Harga gandum pangan juga pasti kena imbas, naik di kisaran itu. Itu untuk harga pembelian di semua negara pemasok, nggak cuma Australia,” kata Harry kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/2022).

Namun, Harry memastikan, untuk pemasukan sebanyak 36 ribu ton gandum untuk jadwal tiba Maret 2022, tidak terganggu.

Berdikari memang mengimpor gandum untuk dipasok ke industri pakan ternak di dalam negeri bekerja sama dengan GPMT. Importasi gandum oleh Berdikari diharapkan bisa menekan rembesan gandum ke sektor pakan ternak oleh oknum importir yang ingin menghindari bea masuk. 

“Untuk yang ETA di bulan Maret 2022 kita belinya sudah dari Desember 2021. Yang belum dapat untuk kuartal-II. Saat ini kita sedang upayakan dari alternatif lain, Amerika Selatan,” kata Harry.

Meski, imbuh dia, semua negara produsen memiliki isu yang sama. Mulai dari efek domino gangguan rantai pasok akibat pandemi Covid-19, tekanan produksi akibat cuaca, hingga efek perang yang memicu mandeknya pasokan dari kawasan Laut Hitam.

“Masalah supply dan demand. Terjadi rebutan pasokan karena permintaan tetap naik sementara efek pandemi belum habis, muncul perang,” kata Harry.

Foto: Peternak Ayam Petelur (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Madali (52) memberi pakan ayam petelur di kawasan Tangerang Selatan, Selasa (12/10/2021). Peternak ayam petelur terus mengeluh dari harga Rp. 23.000/kg menjadi Rp. 18.000/kg, mereka mengeluarkan penurunan harga tidak sesuai dengan biaya pakan. Madali memiliki 800 ekor ayam negeri dan 800 ekor ayam kampung. Berdasarkan catatan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, rata-rata harga telur ayam ras segar secara nasional pada 8 Oktober 2021 adalah Rp.23.000/kg tutun 2,52% dibandingkan posisi sebulan sebelumnya. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan, hingga saat ini belum terjadi gejolak pembelian gandum.

“Untuk terigu, kita juga belum dengar ada keluhan dari anggota. Kita antisipasi jangan sampai rush. Kalau ada permintaan terigu di luar kewajaran tidak kita layani. Supaya ngejaga tidak terjadi rush yang akibatnya ke harga,” kata Ratna kepada CNBC Indonesia, Senin (7/3/2022).

Di sisi lain, Ratna menambahkan, harga terigu di dalam negeri sudah naik secara bertahap sejak pandemi.

Sistem pemantauan pasar dan kebutuhan pokok Kementerian Perdagangan mencatat, harga tepung terigu naik Rp800 menjadi Rp10.800 per kg pada 4 Maret 2022 dibandingkan 5 Februari 2021 yang ada di Rp10.000. Per 1 Januari 2021, harga terigu tercatat di level Rp10.400 per kg, naik Rp400 dibandingkan Februari 2021.

[Gambas:Video CNBC]

India Larang Ekspor Gandum, Indonesia Bisa Merana

(dce/dce)


Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.

Perang Low MPV Berlanjut AvanzaXpander Berebut Takhta Siapa Jadi Jawara


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Perang Low MPV Berlanjut AvanzaXpander Berebut Takhta Siapa Jadi Jawara yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta

Mobil di kelas low MPV masih menjadi pilihan banyak konsumen. Menjelang akhir tahun kemarin, beberapa pabrikan otomotif menghadirkan pilihan low MPV terbaru.

Sepanjang 2021, persaingan low MPV di Indonesia masih terbilang ketat. Toyota Avanza dan Mitsubishi Xpander saling berebut hati masyarakat Indonesia. Data penjualan dua low MPV itu pun menunjukkan persaingan yang cukup ketat.

Di kelas ini, Toyota Avanza masih menjadi yang paling laris. Toyota Avanza (termasuk Avanza lawas di luar Veloz) menduduki peringkat pertama low MPV paling laris di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari data wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan Avanza (di luar Veloz) sebanyak 40.777 unit.

Toyota Avanza bersaing ketat dengan Mitsubishi Xpander. Penjualan Mitsubishi Xpander mencatatkan angka sebanyak 30.283 unit. Sebagai catatan, angka penjualan Xpander itu tidak termasuk Xpander Cross. Angka penjualan Xpander Cross akan kami bandingkan dengan mobil di kelas Low SUV di artikel selanjutnya.

Sementara Toyota Veloz yang kini mulai dibedakan dengan Avanza menjadi low MPV terlaris ketiga. Toyota Veloz mencatatkan angka penjualan sebanyak 25.332 unit. Angka penjualan Veloz itu termasuk Veloz lama yang masih menggunakan penggerak roda belakang.

Kemudian, Daihatsu Xenia mengisi pos selanjutnya dalam daftar low MPV terlaris. Selama tahun 2021, penjualan Daihatsu Xenia mencatatkan angka 15.555 unit.

Selanjutnya Suzuki Ertiga di posisi kelima dengan angka 11.410 unit, Wuling Confero sebanyak 10.448 unit, Honda Mobilio 5.566 unit dan Nissan Livina sebanyak 2.015 unit.

Berikut data penjualan low MPV selama 2021:

  1. Toyota Avanza (termasuk Avanza lawas): 40.777 unit
  2. Mitsubishi Xpander (tanpa Xpander Cross): 30.283 unit
  3. Toyota Veloz (termasuk Veloz lawas): 25.332 unit
  4. Daihatsu Xenia: 15.555 unit
  5. Suzuki Ertiga: 11.410 unit
  6. Wuling Confero: 10.448 unit
  7. Honda Mobilio: 5.566 unit
  8. Nissan Livina: 2.015 unit.

Simak Video “Bukan Avanza, Ini Mobil Terlaris di Tahun 2022”
[Gambas:Video 20detik]
(rgr/din)

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.