Pedagang Kacang Pikul Bolakbalik Jawa Bali Demi Jualan


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Pedagang Kacang Pikul Bolakbalik Jawa Bali Demi Jualan yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Denpasar

Misji adalah salah satu penjual kacang rebus pikul di Jembrana. Pria asal Banyuwangi ini setiap harinya harus bolak-balik Jawa Bali demi berjualan di Pulau Dewata.

Misji menjelaskan, dirinya berangkat dari rumah ke Pelabuhan Ketapang sekitar pukul 04.00 WIB, hingga tiba di Gilimanuk sekitar pukul 06.00 Wita, dan menumpang angkutan umum sampai di Desa Pekutatan.

“Tiket di Pelabuhan itu juga murah kalau pejalan kaki, jadi irit biaya. Namun kalau ada acara agama di Bali, saya biasanya pakai motor, soalnya bawa kacang lebih, agar lebih gampang,” tutur Misji, Kamis (8/12/2022).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misji juga menambahkan, untuk para pedagang kacang rebus lain sudah memiliki daerah berjualan masing-masing, sehingga tidak ada istilah rebutan lahan. “Sadar sendiri biasanya, seperti saya ini daerah Desa Pekutatan, kalau ada acara di Desa Mendoyo saya tidak kesana, memang ada lahan tiap pedagang,” imbuhnya.

Namun Misji mengatakan, saat ini generasi penerus kampung kacang rebus sudah enggan melanjutkan bisnis turun temurun ini, lantaran sudah dipandang sebelah mata. Sehingga yang berusia seperti dirinya yang masih bertahan.

“Anak-anak zaman sekarang, semua mengejar jadi pegawai. Mungkin juga ingin kerja ringan namun gaji besar, padahal jualan kacang ini sehat, karena berjalan sambil olahraga,” pungkasnya.

Penghasilan Bisa Kalahkan Gaji PNS

Keuntungan dari penjualan kacang rebus keliling bisa mencapai Rp 500 ribu dalam sehari. Bahkan jika berjualan pada saat hari besar keagamaan di Bali, Misji bisa bisa mengantongi hingga Rp 1 juta dalam sehari yang bisa mengalahkan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).

“Kalau hari biasa saya hanya bawa kacang biasanya sebanyak 200 ikat, namun selain kacang rebus, saya juga bawa dagangan lain seperti telur puyuh 1 kg, tahu goreng 100 bungkus, Alhamdulilah habis, kalau sisa paling cuman beberapa ikat,” paparnya.

Tidak hanya enak, dagangan Misji juga ditawarkan dengan harga yang terjangkau. Seperti kacang rebus dijual 1 ikat seharga Rp 2 ribu, begitu juga telur puyuh dengan harga Rp 3 ribu dan tahu goreng Rp 2 ribu.

“Kalau mahal kasihan ketika ada anak-anak yang mau beli, jadi menyesuaikan harga agar dijangkau seluruh kalangan,” ujarnya.

Misji juga mengatakan, ketika ada kegiatan agama di Bali, dirinya bahkan bisa mendapatkan penjualan lebih dari Rp 1 juta dalam sehari, “Kalau ada ngaben massal contohnya itu biasanya bawa 500 ikat dalam sehari, bahkan kurang, jadi biasanya bawa lebih. Kalau tidak ada kegiatan agama biasanya saya keliling dengan cara berjalan kaki, dan mencari tempat ramai,” katanya.

Simak Video “Kisah Pahit Manis Pedagang Keliling di Tengah Orasi Massa”
[Gambas:Video 20detik]

(nor/dpra)

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.

Impor Pakaian Bekas Dilarang Omzet Pedagang Thrifting Anjlok 50 Persen


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Impor Pakaian Bekas Dilarang Omzet Pedagang Thrifting Anjlok 50 Persen yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta, Beritasatu.com – Pedagang pakaian bekas impor atau thrifting di Pasar Senen mengungkapkan, omzet penjualan mereka menurun drastis setelah  munculnya larangan impor pakaian bekas oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag).

“Kalau dibilang menurunlah, sekitar 50 persen dengan adanya isu pelarangan ini,” kata Zulfatar, pedagang pakaian bekas impor kepada jurnalis BTV di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (24/3/2023).

Dikatakan Zulfatar, seharusnya momen Ramadan sekaligus mendekati lebaran, omzet pedagang thrifting pasti mengalami peningkatan. Namun tidak untuk tahun ini. Ada ketakutan sekaligus perasaan was-was diantara pedagang ketika berjualan, ditambah stok barang yang semakin menipis.

“Kita merasa takut, was-was. Mau buka toko atau bagaimana. Barang sudah makin lama makin tidak ada disuplai oleh agen-agen,” ucapnya.

Zulfatar menambahkan, semenjak munculnya larangan impor pakain bekas, mayoritas pedagang thrifting di Pasar Senen tak lagi disuplai barang pakaian bekas impor oleh agen. Mereka hanya menghabiskan stok lama yang masih tersedia.

“Kalau suplai agen sudah berhenti sekitar ada beberapa minggu terakhir sejak bergejolak thrifting ini rata-rata pedagang mengeluh,” imbuhnya.

Hal yang sama juga dikatakan pegadagang lainnya bernama Ahmad Dahlan. Ia menyebut jika kondisi sebagian pedagang tak lagi berfikir untuk mengambil keuntungan, tetapi bagaimana bisa tetap bertahan.

“Buat pedagang itu intinya kita harus bisa survive karena kita hancur-hancuran. Barang enggak ada, ini mau lebaran itu yang menjadi problem daripada pedagang itu,” kata Dahlan.

“Dari agen juga enggak ada. Mereka juga enggak mau membeli barang lagi, dengan keadaan seperti ini pedagang di sini merugi,” tutupnya.

Pemerintah Indonesia sendiri telah melarang impor pakaian bekas. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.