Parah Lagi Hamil Minuman Denise Chariesta Diamdiam Dicampur Alkohol oleh JK


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Parah Lagi Hamil Minuman Denise Chariesta Diamdiam Dicampur Alkohol oleh JK yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Denise Chariesta kembali tersandung masalah. Kali ini Denise harus menghadapi pahitnya ujian dihamili JK tetapi berujung ditinggalkan.

Namun kini Denise seolah mencoba melawan balik dengan membongkar semua keburukan JK yang notabene menemaninya berlibur berdua di Thailand hingga dikira sedang bulan madu.

Salah satunya soal seberapa parah tingkat kecanduan alkohol pria yang akrab disapa Beruang tersebut. Bahkan saking kecanduannya, JK pernah berani mencampur diam-diam minuman milik Denise dengan alkohol.

“Yang paling bikin gue emosi banget waktu itu, dia udah bilang nggak mau minum hari itu. Tapi kan gue beli Starbucks cokelat. Habis itu gue minum terus gue titip dia. Terus minumannya diganti vodka sama dia,” ungkap Denise, dikutip dari kanal YouTube-nya, Kamis (20/4/2023).

Baca Juga:Unggahan Terakhir Carlo Saba Sebelum Meninggal: Aku Tunggu Ya

Denise menduga JK menyangka minuman tersebut untuk dirinya sehingga dicampur dengan minuman beralkohol yang cukup keras tersebut.

“Terus gue ambil lagi dan ternyata isinya alkohol. Kan gue lagi hamil. Terus gue ngoceh, dia malah ngocehin gue balik,” lanjut Denise.

Padahal saat itu usia kandungan Denise masih sangat muda sehingga dia ingin berhati-hati menjaga janinnya.

“Gue kesel lah, gue marah. Habis gitu dia malah marahin gue, ‘Lo siapa suruh ambil minum gue?’ Denial, biasa, bingung gue kan,” kata Denise.

Bahkan selebgram yang dikenal cadel itu sampai mengunggah potongan video ketika JK tega memarahinya di depan umum karena perkara minuman tersebut.

Baca Juga:Hedi Yunus Kenang Momen Pertemuan Terakhir dengan Carlo Saba Sebelum Meninggal Dunia

Terlihat jelas ketegangan di antara Denise dan JK setelah peristiwa tanpa sengaja meminum vodka tersebut. Kentara sekali Denise sudah kelewat kesal sehingga mengabaikan saat JK mencoba berkomunikasi dengannya.

“Udah balik aja,” putus Denise setelah JK bertanya masih ada yang mau dibeli atau mereka kembali saja.

Denise lantas melewati JK sambil mengomel, “Nanti kalau anak lo kenapa-kenapa, gara-gara lo.”

“Ya lo yang (main) ambil. (Harusnya) nanya dulu dong,” tutur JK tidak mau kalah.

Bukan hanya itu, JK juga terdengar tak segan mengucapkan kata-kata kasar kepada Denise.

“Lo boleh ngelarang gue minum, (tapi) lo bayar semua. Tuh bayar tuh belanjaan. Komplain mulu, ngen***!” seru JK dengan penuh amarah.

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.

Mal di Jakarta Makin Sepi Parah Sudah Seperti Kuburan


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Mal di Jakarta Makin Sepi Parah Sudah Seperti Kuburan yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta, CNBC Indonesia – DKI Jakarta tercatat sebagai provinsi dengan jumlah mal terbanyak. Hal itu mengacu pada situs resmi Asosiasi Persatuan Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI, tercatat ada 96 mal tersebar di wilayah Jakarta.

Termasuk, mal-mal legendaris yang dulu jadi primadona bagi masyarakat. Tak hanya untuk tempat berbelanja, tapi juga tempat nongkrong dan rekreasi singkat.

Namun, di tengah bertambahnya mal-mal megah mengelilingi Jakarta, pesona mal-mal legendaris Jakarta kini mulai redup. Bahkan, mal-mal tersebut terpantau semakin ditinggalkan hingga lengang bak kuburan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satunya Plaza Semanggi. Lokasinya yang strategis di antara ruas jalan Sudirman dan Gatot Subroto menjadikan Plaza Semanggi mudah diakses.

Namun, kini Plaza Semanggi tak lagi seperti dulu. Mal yang berlokasi di jantung kota Jakarta ini semakin hari semakin sepi.

Fenomena serupa pun bisa dilihat di mal Glodok City, dulunya mal ini menjadi rekomendasi bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin membeli barang elektronik. Mal legendaris ini dulu sangat ramai. Namun kini, Glodok City malah sepi bak kuburan.

Berdasarkan hasil pantauan CNBC Indonesia, tampak toko-toko tutup. Sebagian statusnya ditawarkan untuk sewa. Tapi ada juga yang tutup karena belum membayar pajak. Tampak mal yang sempat hits di Jakarta ini lengang di setiap lantai. Apalagi, jika semakin ke dalam gedung mal.

Tidak jauh berbeda dengan Blok M, letaknya yang berdekatan dengan terminal Blok M dan ikonnya sebagai pusat musik tahun 80 dan 90-an, menjadikan Mal Blok M sebagai salah satu tempat legendaris di Jakarta. Namun kini, mal ini sepi seperti terabaikan, tak lagi ramai dipadati pengunjung baik yang untuk sekedar menikmati jajanan maupun memburu koleksi.

Meski demikian, pihak pengelola Blok M mengklaim kondisi saat ini sudah lebih baik dibandingkan beberapa waktu lalu. Pada masa awal Covid, keberadaan pengunjung sangat minim, namun saat ini diklaim lebih baik.

“Saya kira sudah mulai nanjak terus (jumlah pengunjungnya). Blok M sudah lumayan bagus,” kata Stefanus A Ridwan, Presiden Direktur Pakuwon yang mengelola Blok M Plaza kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (28/12/2022).

Efek Domino Pandemi Covid-19

Sebelum pandemi, Plaza Semanggi merupakan tempat nongkrong bagi warga Jakarta dan sekitarnya dari berbagai kelompok. Mulai dari mahasiswa kampus yang terletak di sebelahnya, karyawan perkantoran di sekitar, bahkan pengunjungnya yang adalah segmen keluarga.

“Bisa dilihat kondisinya sekarang, sepi dari lantai ke lantai sudah tidak ada tenant,” begitu kata petugas penjaga mal kepada CNBC Indonesia.

Pusat perbelanjaan dan ritel memang menjadi sektor paling terpukul akibat pandemi Covid-19. Termasuk restoran dan cafe. Padahal, ritel dan restoran adalah daya tarik pengunjung sebuah mal.

Para pedagang di Pasar Glodok pun mengakui, sepinya Pasar Glodok sudah terjadi sejak pandemi, kala itu satu per satu penyewa kios pergi. Magis pasar ini sebagai toko elektronik pun kian turun, akibatnya pedagang tidak lagi mengandalkan penjualan langsung.

“Kebanyakan online kalau jualan, lebih jalan. Nggak ngandelin dari sini karena nggak tentu, kadang nggak ada yang keluar. Kalau sepi nggak kejual sama sekali,” sebutnya.

Putar Otak Tarik Pengunjung

Terjadinya perubahan model bisnis dalam proses jual beli, yang sebelumnya biasa dilakukan tatap muka atau membeli langsung dari tokonya, kini dilakukan secara online.

Namun ternyata, bukan hanya karena terjadinya perubahan model bisnis yang menyebabkan mal legendaris di ibu kota menjadi sepi, melainkan adanya pergeseran fungsi pusat perbelanjaan.

Ketua Umum Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja melihat fenomena yang terjadi karena pergeseran pola belanja masyarakat.

“Sudah lama fungsi utama pusat perbelanjaan bukan lagi hanya sekedar sebagai tempat berbelanja saja, terutama bagi pusat perbelanjaan yang berlokasi di kota besar,” kata Alphonzus.

Masyarakat yang semakin nyaman dengan berbelanja online secara perlahan mulai meninggalkan pola berbelanja tatap muka.

Maka dari itu, banyak pusat perbelanjaan mulai menambahkan fungsi lain dari sekadar pusat perbelanjaan. Terlebih harus bersaing dengan e-commerce.

“Pada saat ini untuk merespons perubahan yang terjadi akibat pandemi Covid-19 maka pusat perbelanjaan harus dapat menambahkan fungsi lain yaitu harus dapat menjadi hub koneksi sosial (social connection hub),” ujar Alphonzus.

“Karena sudah hampir tiga tahun manusia di dunia ini tidak bisa dengan bebas untuk berinteraksi dengan sesamanya secara langsung, bukan di dunia maya seperti yang selama ini terjadi,” kata Alphonzus.

Menurutnya pusat perbelanjaan yang saat ini masih hidup dan ramai dikunjungi, hal itu karena mal-mal tersebut bisa menghadirkan dan menawarkan fungsi lain pusat perbelanjaan, selain untuk berbelanja. Terutama dalam hal gaya hidup.

“Banyak pusat perbelanjaan yang mampu dan telah berhasil memberikan fungsi lain dari sekedar fungsi belanja saja sehingga diminati dan banyak dikunjungi oleh masyarakat bahkan tingkat kunjungannya telah mencapai 100%,” kata Alphonzus.

[Gambas:Video CNBC]

Fenomena Mal Sepi Parah Tak Cuma DKI, Kepung Pinggir Jakarta

(dce)


Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.

Gak Kaget Ini Biang Kerok Sebenarnya Pasar Glodok Sepi Parah


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Gak Kaget Ini Biang Kerok Sebenarnya Pasar Glodok Sepi Parah yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena mal sepi di ibu kota berlanjut hingga 2023, termasuk di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Kiprah Pasar Glodok yang dulu merupakan salah satu pusat elektronik legendaris di ibu kota sejak 1980-an semakin meredup setelah pandemi Covid-19.

Pantauan CNBC Indonesia pada Selasa (10/1) lalu, kondisi gedung tampak sangat lusuh dan ketinggalan zaman.

Tak hanya itu, kondisi langit-langit gedung juga banyak yang bolong, eskalator tak berfungsi, kios-kios yang lebih dari setengahnya tutup, debu pada lantai dibiarkan menebal hingga lengket, pencahayaan yang minim, sampai dengan pendingin ruangan yang seperti sudah tidak berfungsi sehingga menambah kesan menyeramkan di dalam gedung ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dewan Penasehat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Tutum Rahanta mengatakan, pusat perbelanjaan atau mal yang saat ini mulai ditinggalkan pengunjung itu karena dulunya mereka didesain sebatas untuk kegiatan jual beli atau perdagangan saja.

Hal itu yang menjadi permasalahan saat ini, sebab seiring perkembangan zaman, kini fungsi pusat perbelanjaan telah bergeser menjadi suatu tempat berkumpul, dan ada juga sedikit rekreasi.

“Ada kelompok-kelompok pusat belanja yang dulu didesain pada zamannya itu seakan kios yang memang diperjualbelikan. Itu memang ada permasalahan, saat ini dengan kemajuan waktu dan zaman, kini orang-orang perlu kenyamanan. Nah pusat belanja yang memang menjadi tempat berkumpul, ada sedikit rekreasi itu masih tetap bertahan, masih ramai,” kata Tutum kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (14/1/2023).

Dia menjelaskan mal-mal yang sekarang sepi dulunya pernah ramai pengunjung, karena itu merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat pada zaman tersebut.

Namun dengan fungsi pusat perbelanjaan yang kini sudah bergeser, ditambah kurangnya dukungan resources atau produk-produk yang mampu membuat mereka bertahan, pusat perbelanjaan saling bersaing bahkan dengan toko online dan e-commerce.

“Dulu belum ada e-commerce. Orang merasa wah ke ITC atau Glodok sesuatu yang baru ya. Nah ternyata itu tidak bertahan lama karena mereka tidak didukung oleh resources atau produk-produk yang bisa membuat mereka bertahan. Beda dengan trendsetter di luar negeri yang mereka tiru sebelumnya, di situlah masalah. Nah itu yang akhirnya menjadi sepi,” ujarnya.

“Kalau kita lihat, area-area pusat belanja yang dulu berjaya, seperti Glodok itu sepi karena perkembangan zaman, masalahnya penjualan produk-produk demikian sudah bisa dilakukan secara online,” tambah Tutum.

Selain karena produk-produk yang dijual bisa diperjualbelikan melalui toko online atau e-commerce, menurutnya, ketidaknyamanan transportasi umum menjadi faktor pemicunya. Sebab, aksesibilitas dari transportasi umum merupakan faktor penting agar pusat perbelanjaan atau mal dapat tetap hidup.

“Analisa yang memang perlu kita cermati adalah fenomena perkembangan area-area tersebut yang mempercepat kematian mereka. Ada yang namanya 3 in 1, ada yang namanya transportasi tidak nyaman, yang selebihnya perkembangan zaman. Produk-produk yang dijual di toko fisik tersebut bisa dijual secara online atau e-commerce,” terangnya.

Tutum menjelaskan alasan Plaza Semanggi atau Plangi kini sepi dari pengunjung, yakni karena Plangi merupakan pusat perbelanjaan dengan size yang sangat tanggung. Sehingga lebih menekankan fungsi sebagai pusat perbelanjaan meeting point.

“Yang ditinggalkan orang karena memang ada campuran penyewaan kios-kios kecil di bawahnya yang membuat konsumen untuk membeli kebutuhannya tidak perlu pergi ke pusat perbelanjaan. Orang memerlukan sesuatu yang lebih wah, seperti Grand Indonesia,” ujarnya.

Adapun pusat perbelanjaan yang memang masih tetap bertahan dan bagus dalam hal tingkat kunjungan pengunjungnya adalah karena pusat perbelanjaan atau mal tersebut dikelola secara baik.

“Yang bisa kita katakan, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Plaza Senayan, Senayan City, dan beberapa mal-mal di pinggiran seperti Central Park, Citraland, dan contoh pusat perbelanjaan lainnya yang masih ramai dikunjungi pengunjung,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

Misteri Pasar Glodok Sepi & Pengunjung Hilang, Ini Pemicunya

(dce)


Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.