Pusat Perbelanjaan Perlu Difungsikan sebagai Ruang Koneksi Sosial


Berikut adalah artikel atau berita tentang otomotif dengan judul Pusat Perbelanjaan Perlu Difungsikan sebagai Ruang Koneksi Sosial yang telah tayang di apurboitservices.me terimakasih telah menyimak. Bila ada masukan atau komplain mengenai artikel berikut silahkan hubungi email kami di [email protected], Terimakasih.

”Pascapandemi Covid-19, kami memperkirakan 20 persen pengunjung mal tidak akan kembali lagi ke mal. Mereka sudah kepincut berbelanja barang secara daring,” ujarnya di sela-sela menghadiri Indonesia Retail Summit 2022 di Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Meski demikian, dia menekankan, digital bukan ancaman bagi pusat perbelanjaan. Beberapa pengelolaan pusat perbelanjaan telah memakai teknologi digital, mulai dari parkir, program loyalitas, sampai kasir pembayaran barang.

Digitalisasi ”pusat perbelanjaan” bukan berarti lantas membuatnya menjadi layanan daring sepenuhnya.

Urat nadi pusat perbelanjaan adalah layanan luring, sementara platform lokapasar adalah daring. Digitalisasi ”pusat perbelanjaan” bukan berarti lantas membuatnya menjadi layanan daring sepenuhnya.

”Warga tetap ingin ke mal untuk bersosialisasi. Maka, fungsi pusat perbelanjaan sebaiknya mulai dikembangkan ke ruang koneksi sosial, bukan sekadar berbelanja. Para pengembang properti semestinya berkolaborasi erat dengan peritel sejak penyusunan desain agar fungsi itu muncul,” katanya.

Baca juga : Pusat Perbelanjaan, Tujuan Wisata Keluarga

Menurut dia, fenomena pusat perbelanjaan yang mengarah ke ruang koneksi sosial terjadi di Jabodetabek. Di luar itu, mal di Yogyakarta sebenarnya sudah dituntut untuk tidak sekadar menampilkan fungsi berbelanja.

Jumlah pusat perbelanjaan di Indonesia mencapai 400 unit. Dia menceritakan, beberapa mal sudah menunjukkan perbaikan lalu lintas jumlah kunjungan. Ada juga mal yang malah menunjukkan kunjungan yang tetap rendah.

Berdasarkan laporan MarketBeat Greater Jakarta Retail H1–2022 yang dirilis Cushman & Wakefield, hingga akhir Juni 2022 tingkat hunian pusat perbelanjaan di Debotabek tercatat 75,8 persen atau turun 1,1 persen (year on year) secara nominal karena penutupan beberapa gerai peritel besar, seperti Best Denki dan Ace Hardware, di seluruh mal di kawasan tersebut.

Akan tetapi, beberapa retail tetap ekspansif. Selama semester I-2022, Paris Baguette, jaringan toko roti ritel Korea Selatan, misalnya, memperluas bisnis ke Jabodetabek dengan pembukaan toko keempat dan keenam di Summarecon Mall Bekasi dan Summarecon Mall Serpong. Adapun KKV membuka gerai ke-8 di Depok. Panella Brazilian BBQ diperluas ke Bogor di Botani Square sebagai restoran ”all you can eat” yang tetap terkenal di kalangan keluarga.

Pada saat bersamaan, Search Account Manager Google Indonesia Raden Muhammad Suryokusomo mengatakan, pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 mendorong peningkatan aktivitas daring. Berdasarkan temuan Google, penjualan barang secara daring naik 61 persen dari 2020 ke 2021. Sebanyak 80 persen warganet yang berbelanja memiliki tendensi ingin membeli barang ketika jenama mampu memberikan pengalaman personal.

Baca juga: Pusat Perbelanjaan Hadapi Tekanan Berat

Pengalaman digital

Sebelum berkunjung ke toko luring, temuan Google menunjukkan, 81 persen warganet memanfaatkan Google Search. Sebanyak 76 persen di antaranya kemudian mengunjungi laman atau aplikasi milik jenama. Adapun 44 persen lantas menonton konten daring terkait jenama yang diincar. Ini menunjukkan pengalaman digital sudah terbentuk sebelum tercipta transaksi.

KOMPAS/PRIYOMBODO

Tahun ini, Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memperkirakan tingkat rata-rata kunjungan mal secara nasional mencapai 80 persen dari kondisi normal, bahkan hingga 90 persen. Tahun 2023, pusat perbelanjaan diprediksi pulih.

”Warganet cenderung lebih banyak mempertimbangkan barang yang akan dibeli. Sebelum berangkat ke toko luring, 87 persen warganet riset terlebih dulu. Ketika sudah berada dalam toko luring, 79 persen warganet masih kembali mencari informasi atas barang dan membandingkan dengan barang yang ada di toko daring,” katanya.

Dari sisi peritel, Direktur PT Erajaya Swasembada Tbk (Erajaya) Jeremy Sim berpendapat, kunci memenangi bisnis retail saat ini dan masa depan adalah selalu memahami perilaku konsumen. Pendekatan ini yang kemudian dipakai Erajaya akhirnya terjun ke lini bisnis retail di luar gawai, seperti makanan dan minuman, supermarket, dan produk kesehatan.

Kunci memenangi bisnis retail saat ini dan masa depan adalah selalu memahami perilaku konsumen.

Dia membantah bisnis retail gawai yang digeluti oleh Erajaya mengalami penurunan. Sampai triwulan I-2022, pendapatan penjualan ponsel pintar berkontribusi 56 persen terhadap total pendapatan Erajaya. Pangsa pasar Erajaya di kategori retail ponsel pintar pun masih berkisar 25,6 persen. Jumlah toko retail mencapai 1.111 unit dan akan bertambah 400 toko baru pada akhir 2022. Gerai - gerai ritel ini telah dikembangkan konsep layanan omnichannel atau luring ke daring dan sebaliknya (O2O).

”Rata-rata orang Indonesia mau membeli ponsel baru 16–18 bulan sekali. Ini menjadi tantangan bagi kami untuk mengelola kerekatan hubungan dengan konsumen,” ujarnya.

Ketika Erajaya terjun ke bisnis retail makanan dan minuman atau supermarket, Jeremy menyampaikan, repetisi konsumen kembali datang membeli lebih tinggi. Kemudian, saat Erajaya masuk ke bisnis retail benda terhubung internet (IoT), Erajaya menemukan tingkat pertumbuhan per tahun (CAGR) berjualan retail IoT 27,2 kali dibanding ponsel pintar.

”Ekspansi bisnis vertikal yang kami lakukan sejalan dengan perilaku dan gaya hidup konsumen. Dengan cara ini, kami bisa tetap memiliki kelekatan hubungan dengan mereka yang pada akhirnya berkontribusi positif ke pendapatan total perusahaan,” imbuh dia.

Baca juga : Relaksasi PPKM Dorong Saham Emiten Mal

Artikel atau berita di atas tidak berkaitan dengan situasi apapun, diharapkan bijak dalam mempercayai atau memilih bacaan yang tepat. Terimakasih. Untuk berlangganan artikel seperti ini harap hubungi kami agar anda dapat artikel atau berita terupdate dari kami.